Assalamualaikum WR.WB
Salam sejahtera semua pembaca blog ini. Kali ini saya akan membahas tentang Assassin's. Selamat membaca.
![]() |
Gambar Hassan ibn-Sabbah. |
Hassasin, bahasa Arab الحشاشين, transliterasi "Al-Hasyasyiin", (juga disebut Hasyisyin, Hasyasyiyyin, Hasysyasyin atau Assassin) adalah salah satu cabang dari Islam Syi'ah Ismailiyah. Mereka mendirikan beberapa pemukiman di Iran, Irak, Suriah dan Lebanon di bawah pemimpin karismatik Hasan-i Sabbah. Mereka mengirim orang yang berdedikasi untuk membunuh pemimpin penting Sunni, yang dianggap mereka sebagai "kaum kafir perebut takhta.Sekte ini dihancurkan oleh bangsa Mongol. Benteng terakhir mereka dihancurkan oleh Hulagu Khan tahun 1272.
Etimologi
![]() |
Benteng Hassasin di Alamut. |
Sekte ini menyebut dirinya al-Da'wa al-Jadīda, dari bahasa Arab yang artinya panggilan baru, kebalikan dari slogan kelompok Fatimiyah panggilan lama. Nama Hasyasyin oleh beberapa orang diartikan sebagai pengikut Hassan
(pemimpin kelompok persia ini yang bernama Hassan-i Sabah). Istilah
Hasysyin secara luas juga dianggap berasal dari kata bahasa arab Hasysyasy yang artinya pemakai candu (hashish),
meskipun ini masih diperdebatkan. Variasi terkini tentang teori ini,
dijelaskan oleh Edward Burman, bahwa julukan tersebut diberikan oleh
para pengkritik kelompok Nizari yang mencurigai kelompok rahasia ini, serta pelaksanaan konsep filosofi dan teologi mereka yang heterodoks.
Penggunaan zat-zat psikoaktif (terutama Cannabis) oleh para cendekiawan saat ini dianggap sebagai mitos,
tetapi harus diingat bahwa mitos tersebut sangat populer pada zaman
itu. Julukan itu bisa juga berasal dari kata "mereka yang menghasilkan
hashish", meski etimologi ini juga diperdebatkan. Kata hashish
(kemungkinan berasal dari bahasa Persia)
merujuk pada getah yang berasal dari bunga kanabis. Panadangan umum ini
bisa jadi memengaruhi pendapat para pelaku perang salib, dan tentunya
juga kisah perjalanan Marco Polo ke benteng Alamut pada tahun 1273 juga
menyebutkan tentang hal ini. Karena salah satu atau kedua sumbar inilah
kata 'assasin' yang telah artinya telah terdistorsi masuk ke dalam kosakata bahasa Barat.
Meskipun demikian, etimologi yang paling diterima mengenai kata assasin adalah dari kata Hassan (Hassan-i Sabbah) dan pengikutnya,
dan begitu adanya selama berabad-abad. Keriuhan di sekitar versi Hasish
dimulai oleh seorang orientalis bangsa Perancis, Silvestre De Sacy,
yang pada tanggal 7 juli 1809 mengadakan kuliah di Institute of France,
dia mengutip kembali kisah Marco Polo
tentang narkotika and sekte ini, dan menghubungkannya dengan kata ini.
Herannya teori ini mendapatkan kesuksean yang sangat besar, dan masih
digunakan hingga saat ini.
Banyak cendekiawan
berargumen, dan dengan sangat meyakinkan, bahwa julukan 'pemakan
hashish' atau 'pengambil hashish' diberikan oleh lawan dari kelompok
Ismaili dan tidak pernah digunakan dalam kisah-kisah atau sumber-sumber muslim.
Karenanya istilah ini diartikan secara negatif sebagai 'musuh' atau
'orang-orang yang tidak terhormat'. Pengertian istilah ini berlaku
hingga zaman modern sebagaimana kata Hasyashin di Mesir
pada tahun 1930-an yang berarti 'berisik atau rusuh'. Sangatlah tak
mungkin Hassan-i Sabbah yang taat terlibat dalam pengambilan narkotik,
tidak disebutkan adanya narkotik hashish terkait para pembunuh Persia
ini, khususnya di perpustakaan Alamut (the secret archives), dan menyebut mereka hash-ishiyun, "penyedot hashish". Beberapa orientalis mengira ini adalah asal dari kata assassin, yang dalam banyak bahasa Eropa
artinya lebih mengerikan, tetapi kenyataannya berbeda. Menurut teks
yang kami dapat dari Alamut, Hassan-i Sabbah biasa menyebut pengikutnya Asasiyun, yang berarti orang-orang yang taat pada asas,
artinya 'dasar' dari keyakinan. Inilah kata, yang disalah artikan oleh
para pengelana asing, yang kelihatannya mirip dengan kata "Hashish".
Sejarah
![]() |
Gambar Artifak Alamut di Iran |
Meskipun menjadi minoritas di dalam minoritas, sekte Ismailiyah, di
bawah pimpinan para imamnya, telah berhasil membangun gerakan rahasia
bawah tanah yang berkelanjutan terhadap kekhalifahan Abbasiyah. Mereka
bermaksud merealisasikan gagasan-gagasan revolusioner mereka dengan cara
membangun negara Shiah pertama, kerajaan Fatimiah, di sepanjang Mediterania dan Levant, dengan ibukotanya Kairo.
Kerajaan ini bertujuan untuk melakukan terobosan ilmiah dan sosial
terhadap masyarakatnya, termasuk kebebasan beragama, dan memang,
kelompok Fatimiah berjasa dalam beberapa kemajuan besar pada masa
kejayaan Islam.
Pada tahun 1904, ketika Khalifah Fatimiah VIII
dan imam kelompok Ismailiyah Maad al-Mustansir Billah sakit di Kairo,
Wazirnya yang berpengaruh, Al-Afdal, mengambil alih kekuasaan negara dan
menunjuk anak bungsu khalifah, Al- Musta'i (ipar sang wazir) sebagai khalifah, dalam sebuah kudeta di istana.
Nizar, sang pewaris kekuasaan yang sebenarnya, pergi ke Alexandria, di
saat dia mendapat dukungan kuat dan lalu memimpin perlawanan,tetapi
kemudian dikalahkan dan dibunuh atas perintah saudaranya. Hal ini
menyebabkan perpecahan di kalangan Ismailiyah, dan para pendukung Nizar,
yang dijuluki kaum Nizaris,
pindah ke timur dan melanjutkan perjuangan mereka di bawah pimpinan
mereka si penyeru dari Persia yang kharismatik, Hassan-i Sabbah.
Hassan-i Sabbah sebelumnya dikenal sebagai sebagai penyeru utama, Da'i,
di mesin propanganda rahasia kalangan Fatimiah di dalam kekhalihafan
Abbasiyah. Dia lalu memimpin kelompok perlawanan Nizari, dan berhasil
mendapatkan dukungan dari mayoritas shiah Fatimiah di Levant, Persia,
Iraq, sekelompok pengikut bawah tanah di jantung kekhalifahan Fatimiah,
di Mesir, dan di Afrika Utara lainnya. Meski demikian, dengan memisahkan
diri dari kekhalifakan Fatimiah, para pengikut Hassan-i Sabbah menjadi
terkucil dan kalah kekuatan di wilayah musuh.
Tidak puas hanya bertahan, sebaliknya teguh untuk membangun suatu
negara impian yang baru, Kaum Nizariyya merancang suatu strategi untuk
mengendalikan benteng-benteng yang secara strategis penting dengan
diam-diam mengislamkan para penduduk di dalam wilayah dan di sekitar
benteng-benteng strategis Ismailiyah. Mereka membangun suatu bentuk baru
'negara di dalam negara' yang mencakup beberapa 'pulau' pemukiman yang
dikelilingi tembok di wilayah, sekarang ini, Iran, Irak, Syria dan
Libanon. Awal yang resmi dari Federation of the Assasins adalah tahun 1090 ketika Hassan-i Sabbah mendirikan basis pertamanya di Daylam, di dalam benteng Alamut (sangkar elang
dalam bahasa Persia) di selatan laut Kaspia. Alamut tetap menjadi
ibukota dari 'Federasi kaum Assassin', dan tempat bermukim para
pemimpinnya, disebut penguasa Alamut, hingga keruntuhannya.
Taktik: pembunuhan, intimidasi dan intrik
![]() |
GambaranAbad ke-14 lukisan pembunuhan Nizam al-Mulk oleh hashshashin. |
Karena tidak mampu membentuk satuan tentara konvensional, kaum Nizariyya membentuk peperangan asimetris
yang mengubah tindakan pembunuhan politis menjadi suatu sistem untuk
bertahan hidup dan pertahanan terhadap musuh-musuhnya. Mereka melatih
pasukan komando tersamar yang sangat terlatih (ahli dalam bahasa, ilmu
pengetahuan, perdagangan dan lain-lain, yang dikenal sebagai Fedayeen,
yang secara diam-diam akan menginfiltrasi posisi musuh dan selalu
menyamar. Jika warga Nizari menghadapi ancaman pembunuhan atau benteng
mereka akan diserang, Fedayeen diaktifkan untuk menghadapi serangan
tersebut.
Fedayeen menggunakan ketrampilan mereka yang termasyhur untuk tujuan-tujuan politik
tanpa harus membunuh; misalnya seorang korban, biasanya berpangkat
tinggi, di suatu pagi akan mendapati belati Fedayeen di atas bantalnya
di saat bangun pagi. Ini petunjuk yang jelas bagi orang tersebut bahwa
dia tidak lagi aman dimanapun, bahwa lingkaran dalam para pelayannya
telah diinfiltrasi oleh kelompok pembunuh tersebut, dan bahwa tindakan
apapun yang menyebabkannya berkonflik dengan kaum Hashshashin harus
dihentikan, jika ia ingin hidup.
Di Persia mereka menggunakan taktiknya secara langsung terhadap kaum Turki seljuk
yang membunuhi kaum Nizari. Saat membunuh tokoh tertentu, mereka sangat
hati-hati, melakukannya tanpa jatuhnya korban yang tidak perlu dan
hilangnya nyawa orang yang tak bersalah, meski mereka juga sengaja
membentuk reputasinya yang mengerikan dengan membantai korbannya di
depan umum. Umumnya, mereka mendekati dengan memakai samaran, atau telah
menjadi agen tersamar di suatu kelompok. Mereka lebih menyukai belati
atau pisau kecil yang tersembunyi, mereka menolak menggunakan racun,
panah atau alat lain yang bisa memungkinkan penyerangnya lolos dan
hidup.
Di Levant diyakini bahwa Saladdin, yang kesal akibat beberapa serangan hashshashin yang hampir berhasil atas dirinya, mengepung basis mereka di Syria, Masyaf, saat pengambilalihan kembali Outremer
pada tahun 1176. Lalu ia mengakhiri pengepungan tersebut setelah
perjanjian, dan setelahnya berusaha menjaga hubungan baik dengan sekte
tersebut. Dari sekte itu sendiri tersiar kabar bahwa assassin Rashid-ad Dinan
menyelinap ke dalam tenda Saladdin, di tengah-tengah kampnya,
meninggalkan sepotong kue yang telah diberi racun dan selembar surat
bertuliskan "anda berada dalam genggaman kami" yang ditaruh di perut
Saladdin saat dia tidur, dan kemudian menyelinap keluar lagi tanpa suatu
halangan. Kisah lainnya menceritakan tentang surat yang dikirim kepada
paman Saladdin yang penyayang berisi ancaman mati bagi seluruh garis
keturunan kerajaan, mungkin bukan sekedar ancaman kosong. Apapun
kebenarannya, paman Saladdin jelas-jelas mematuhi ancaman tersebut dan
mengurungkan niatnya.
![]() |
Rashid ad-Din Sinan Grand Master dari Assassins di Masyaf berhasil khawatir Saladin tidak serangan alam sekte mereka. |
Kaum Hashshashin juga termasuk kelompok pertama yang menggunakan
sinyal pantulan cermin di siang hari untuk berkomunikasi dengan basis
terdekat, khususnya sekitar alamut. Di malam hari mereka menggunakan
sinyal api.
Kaum Hasshashin seringkali menerima kontrak dari pihak luar. Richard the Lionheart adalah salah satunya yang dicurigai membayar mereka untuk membunuh Conrad de Montferrat.
Dalam banyak kasus, kaum Hashshashin digunakan untuk mempertahankan
keseimbangan musuh mereka. Korban-korban yang terkenal diantaranya Wazir
Abbasiyah yang terkenal Nizam al-Mulk (1092), Wazir Fatimiah al-Afdal Shahanshah (1122)(bertanggung jawab memenjarakan kaum Nizari), Ibn al-Khashshab dari Aleppo (1125), al-Bursuqi dari Mosul (1126), Raymond II dari Tripoli (1152), Conrad de Montferrat (1192), dan pangeran Edward (kemudian menjadi Edward I dari Inggris) terluka oleh pisau beracun Hashshashin pada tahun 1271.
Mitos dan legenda
![]() |
Gambaran Alamut terkepung. Grand Master terakhir dari Assassins di Alamut Imam Rukn al-Din Khurshah (1255-1256) dieksekusi oleh Hulagu Khan setelah pengepungan dahsyat. |
Perpustakaan Alamut
telah dihancurkan, bersama dengan basis kekuatan Persia mereka,
mengakibatkan hilangnya sebagian besar catatan mereka. Kebanyakan kisah
mereka berasal dari cerita orang arab dan cerita dari Marco Polo.
Mayoritas muslim sekarang memusuhi kaum Nizari, mereka disebut dengan
istilah Batini. Istilah ini biasa digunakan untuk ejekan bagi mereka, khusunya kaum Ismailiyah, yang memahami makna tingkat esoterik dalam al-Qur'an.
Pengucilan keagaman yang terus menerus ini yang akhirnya membuat mereka
sampai membuat bersekutu dengan orang-orang kristen melawan kaum muslim
di sejumlah kejadian bila itu sesuai dengan kepentingan mereka.
Kebanyakan kisah saat ini mengenai Assassin berasal dari Marco Polo,
yang menyatakan telah mengunjungi Alamut pada tahun 1273 dalam
pengembaraannya ke timur (kunjungan yang secara luas dianggap fiktif
karena basis pertahanan tersebut telah dihancurkan oleh tentara Mongol
pada tahun 1256). Polo menulis bahwa calon assassin diharuskan
mengikuti ritual dimana mereka diberi narkotika untuk merasakan
'sekarat', dan kemudian dibangunkan di dalam taman penuh dengan anggur
dan makanan mewah yang disajikan para gadis yang jelita. Si calon
kemudian diyakinkan bahwa ia berada di surga dan sang pemimpin, Hassan-i
Sabbah merupakan perwujudan dari keillahian dan bahwa seluruh
perintahnya harus diikuti, bahkan sampai mati. Kisah-kisah lainnya
tentang Hashshashin berasal dari pejuang perang salib yang kembali dari
Levant yang bercerita mereka telah berjumpa dengan pemimpin Nizari Syria
Rashid ad-Dinan Sinan (Si orang tua dari gunung)di benteng Masyaf.
Penggunaan bahan beracun tidak ada disebut di dalam sumber-sumber
Ismailiyah, tidak juga di musuh-musuh mereka, Sunni dan Syiah, meski
keduanya menderita akibat pembunuhan-pembunuhan oleh kaum Hashshashin.
Misalnya Farhad Daftary dalam The Assassins Legends: Miths of the Isma'ili
mengatakan: "di saat yang sama, di dalam budaya perang salib dari masa
sebelum dan awal eropa modern, kaum Nizari di Persia dan Syria
digambarkan sebagai tentara muslim bayaran yang membunuh korbannya
selagi 'melayang' karena opium atau Hashish. Jika perancangan propaganda
tentang pembunuh yang 'teler' ini tidak sesuai dengan realitas kompleks
tentang disiplin dan pelatihan yang dibutuhkan untuk malukan tindakan
jelas yang selalu bersifat politis, maka angapan umum tentang kaum
Nizari sebagai komunitas pembunuh juga menafikan budaya mereka yang kaya
dan beragam".
Edward Burman, dalam The Assassins - Holy Killers of Islam,
mengatakan: "tidak disebutkan adanya narkotik tersebut (Hashish) terkait
dengan para pembunuh Persia - khususnya di perpustakaan Alamut ('the
secret archives')". Sebagai tambahan, the Encyclopedia of the Orient
menolak tuduhan ini. Memang Hassan-i Sabbah tercatat keras khusus
terhadap pengguna narkoika. Ia merasa narkotika melemahkan disiplin
keras yang dibutuhkan para Nizari untuk bertahan hidup. Ia membuat
contoh dengan menghukum anaknya di muka umum karena minum alkohol, yang
dia yakini memberi contoh buruk bagi masyarakat yang sedang menghadapi
cobaan berat tersebut. Benyamin of Tudela yang berkelana seratus
tahun sebelum Marco Polo menyebutkan tentang Al-Hashshashin dan pemimpin
mereka di tanah bulan sabit yang subur Al-Sinan yang oleh para pejuang
perang salib dijuluki "Orang tua dari gunung". Dia mencatat kota
utamanya adalah Qadmous.
Para cendekiawan modern yang diawali peneliti dari Soviet, untuk
memahami lebih jauh komunitas-komunitas yang berada dalam wilayah mereka
yang luas, melakukan survey dan menemukan komunitas-komunitas kecil
Ismaili terisolasi di dataran-dataran yang berbahaya di dalam wilayah
Asia tengah. Profesor Vladimir A. Ivanov, seorang orientalis Rusia,
mengumpulkan dan menerbitkan salinan dari dokumen-dokumen yang berasal
dari Alamut ini, yang mencakup catatan-catatan dari tangan pertama,
diikuti oleh komentar mengenai kaum Hashshashin dari sumber aslinya.
Kaum Nizari melanjutkan pekerjaan yang dimulai oleh orang-orang soviet,
kemudian cendekiawan barat, untuk mengumpulkan, melestarikan dan
mencetak karya-karya tertulis dari komunitas-komunitas Isma'ili Nizari.
Pada tahun 1997, Institut of Ismaili Studies didirikan untuk menyebarkan
karya ilmiah dari para akademisi ternama mengenai kaum Nizari. Banyak
dari karya ini yang membahas periode Hashshashin, termasuk sejarah, ilmu
pengetahuan dan filosofi mereka.
Timeline
![]() |
Peta negara tentara salib, menunjukkan daerah yang dikontrol oleh Assassins sekitar Masyaf |
1092: The Saljuk yang terkenal wazir Nizam al-Mulk dibunuh oleh Assassins di Baghdad.
1094: Al-Mustansir mati, dan Hassan tidak mengakui khalifah baru, al-Mustali. Dia dan pengikutnya dikirim kepada Nizar saudaranya. Para pengikut Hassan segera bahkan datang bertentangan dengan khalifah di Baghdad.
1113: Setelah kematian penguasa Aleppo itu, Ridwan, kaum assassins yang diusir dari kota oleh pasukan Ibn al-Khashab.
1110: The Assassins di Suriah mengubah strategi mereka, dan mulai bekerja menyamar dan membangun sel-sel di semua kota di seluruh wilayah.
1123: Ibn al-Khasysyab dibunuh oleh Assassin.
1124: Hassan meninggal di Alamut, namun organisasi tinggal di kuat dari sebelumnya. - The kadi terkemuka Abu Saad al-Harawi dibunuh oleh Assassin.
Setelah kematian Hassan beberapa peristiwa penting termasuk yang berikut ini:
1126 November: Emir Porsuki of Aleppo dan Mosul dibunuh oleh Assassin.
Abad ke-12: Assassins memperluas kegiatan mereka ke Suriah, di mana mereka bisa mendapatkan banyak dukungan dari minoritas Syiah lokal sebagai kesultanan Saljuk telah merebut wilayah ini.
Assassins menangkap sekelompok orang istana di Pegunungan Nusayriyya (modern Suriah). Yang paling penting dari istana adalah Masyaf, dari mana "The Old Man of Mountain", Rashideddin Sinan memerintah praktis independen dari para pemimpin utama dari Assassins.
1173: Assassins Suriah berunding dengan Amalric I, Raja Yerusalem, dengan tujuan konversi ke Kristen. Tapi sebagai Assassins sekarang yang banyak dan sering bekerja sebagai petani. Mereka membayar pajak tinggi untuk tuan tanah Kristen setempat bahwa Christian petani dibebaskan. Konversi mereka ditentang oleh para tuan tanah, dan tahun ini para juru runding Assasin dibunuh oleh ksatria Kristen. Setelah ini, tidak ada pembicaraan lebih konversi.
1175: pria Rashideddin itu membuat dua upaya pada kehidupan Saladin, pemimpin Ayyubids. Kedua kalinya, Assassin datang begitu dekat bahwa luka yang ditimbulkan pada Saladin.
1192: Conrad dari Montferrat, Raja Yerusalem, yang ditikam sampai mati oleh Assassins sebelum penobatannya.
1256: Alamut benteng jatuh ke Mongol di bawah kepemimpinan Hülegü Khan. Sebelum ini terjadi, benteng beberapa telah ditangkap, dan akhirnya Alamut lemah dan dengan sedikit dukungan.
1257: Serangan Mongol Hülegü panglima perang dan menghancurkan benteng Alamut di. Perpustakaan Assasin sepenuhnya diruntuhkan, maka menghancurkan sumber penting informasi tentang Assassins.
Sekitar 1265: benteng Assassin di Suriah jatuh ke Mamluk Sultan Baybars I.
Sekian dulu posting tentang asal-usul Assassin's kawan.TerimaKasih sudah sudi mampir. Di tunggu ya comment nya.
Assalamualaikum WR.WB
No comments:
Post a Comment